Jangan Sampai Hotel Kamu Kalah Saing di OTA 2026!

blog-image

Persaingan hotel di OTA (Online Travel Agent) akan semakin ketat di tahun 2026. Dengan makin banyaknya properti baru, strategi harga yang agresif, dan algoritma OTA yang terus berubah, hotel yang tidak siap akan makin tenggelam di halaman belakang pencarian dan itu artinya hilang dari radar tamu. Kalau saat ini kamu merasa performa OTA mulai turun, ranking jeblok, atau booking makin mahal didapat, penjelasan ini akan jadi wake-up call. Yuk lihat apa yang harus kamu siapkan!

1. Algoritma OTA Akan Semakin Ketat di 2026

Perubahan algoritma OTA selalu berputar pada hal-hal penting:

  • Harga paling kompetitif
  • Ketersediaan kamar yang stabil
  • Respons cepat
  • Review bagus & konsisten
  • Cancellation policy yang menarik

Namun di 2026, tren OTA diprediksi makin fokus pada conversion rate properti. Artinya, hotel yang tidak mampu mengonversi traffic jadi booking akan tersingkir ke posisi belakang. Kalau listing hotelmu seadanya, foto kurang menjual, atau harga tidak konsisten, kamu akan sulit naik ranking.

2. Jangan Hanya Andalkan OTA

Ketergantungan penuh pada OTA itu berbahaya. Selain komisi besar, kamu tidak punya kontrol pada data tamu. Mulai 2026, data akan jadi kunci persaingan karena:

  • Remarketing makin presisi
  • Personalization makin dicari tamu
  • Tren tamu repeat stay makin meningkat

Kalau hotelmu tidak punya database sendiri, kamu akan kalah dalam kompetisi jangka panjang.

3. Optimalkan Listing di OTA seperti Kamu Optimalkan Website

Anggap OTA sebagai mini-website hotelmu. Pastikan 3 hal ini sempurna:

  1. Foto berkualitas profesional
    Gambar buruk = ranking turun + conversion rendah.
  2. Deskripsi lengkap & menjual
    Bukan hanya fasilitas, tapi experience yang tamu dapat.
  3. Harga konsisten di semua channel
    Channel manager harus sinkron 24/7.

Hotel dengan konten berkualitas tinggi terbukti menang kompetisi secara organik di OTA.

4. Terapkan Pricing yang Dinamis dan Relevan

Di 2026, hotel yang masih manual pricing akan kalah total. Tren demand makin cepat berubah, khususnya di destinasi wisata seperti Bali, Labuan Bajo, atau kota besar seperti Jakarta & Surabaya. Gunakan:

  • Dynamic pricing
  • Auto rules
  • Demand-based adjustment
  • Revenue calendar yang proaktif

Tujuannya: harga yang benar, untuk tamu yang tepat, di waktu yang tepat.

5. Perkuat Branding Agar Tidak Hanya Jadi “Pilihan di OTA”

Hotel yang tidak punya identitas jelas akan tenggelam. Branding membantumu:

  • Meningkatkan perceived value
  • Membuat tamu ingat dan kembali
  • Membedakanmu dari kompetitor yang hanya perang harga

Gunakan konten berkualitas, tone-of-voice yang konsisten, dan pengalaman tamu yang benar-benar beda.

6. Gunakan Strategi Omnichannel untuk Menang di OTA

Hotel yang menang di OTA adalah hotel yang punya strategi lengkap:

  • Ranking kuat di OTA
  • Website + booking engine yang optimal
  • Google Ads untuk high-intent traffic
  • Meta Ads untuk awareness & remarketing
  • Konten social media yang kuat
  • Ecommerce hotel yang rapi dan otomatis

Semakin lengkap ekosistemnya, semakin kecil risiko kalah bersaing.

7. Mitra Pendukung Sangat Penting 

Manajemen OTA tidak bisa dilakukan secara asal. Diperlukan: Revenue team, Ecommerce team, Digital marketing team, Data & analytics. Kalau hotelmu tidak punya internal team lengkap, gandeng partner yang benar-benar paham hospitality.Partner seperti ecommerceloka dapat membantu dari sisi:

  • OTA optimization
  • Pricing & revenue setup
  • Pembuatan website e-commerce hotel
  • Strategi Google Ads + Meta Ads
  • Funnel direct booking
  • Analisa data bulanan
  • Konsistensi operasional eCommerce hotel

Dengan sistem yang terukur, hotelmu tidak hanya naik ranking di OTA, tapi juga meningkatkan direct booking.